PERKONGSIAN ILMU TENTANG PERIHAL RIYA’

Allah swt. berfirman:

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang solat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya, orang-orang yang berbuat riya’….”( Q.s. Al-Maa’uun: Ayat 4-6 )

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharap keredhaan Allah, kami tidak menghendaki ‘ balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” ( Q.s. Al-Insan: Ayat 9 )

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” ( Q.s. Al-Kahfi: Ayat 110 )

Dimaksudkan ayat tersebut adalah: Ikhlas ( Rahsia Allah )

Rasulullah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya sesuatu yang paling kutakutkan dari kamu sekalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’.”

Rasulullah S.A.W juga bersabda, “ Kelak pada hari Kiamat, ketika Allah memberi balasan amal ibadat hamba-Nya, Dia berfirman, ‘ Pergilah kamu kepada orang yang kamu perlihatkan (riya’) amalmu, apakah mereka dapat memberikan balasan kepadamu’?”

Sabda Baginda pula,
“Berlindunglah kalian kepada Allah dari Jubbul Hazn!” Sahabat bertanya, “Apa Jubbul Hazn itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu suatu jurang di neraka Jahannam yang dipersiapkan bagi ahli qiraat (qurra’) yang riya’.”

Rasullah S.A.W bersabda: " Jauhkan dan singkirkanlah perkara-perkara yang membinasakan." Sahabat-sahabat Baginda bertanya: " Apakah dia perkara-perkara itu ya Rasulullah?'' Baginda s.a.w menjawab: " ( Salah satu yang terbesar di antaranya ) ialah melakukan syirik terhadap Allah. Syirik kecil adalah riya’ maka jauhkanlah "

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan bahawa Nabi S.A.W bersabda: “ Barangsiapa yang memiliki sebahagian yang kecil sombong dalam hatinya ( yakni riya’ ), maka dia tidak dapat memasuki syurga.

(Hadis Riwayat Muslim)

Padahal Allah swt. berfirman (Hadis Qudsi), “Siapa yang beramal untuk-Ku dengan suatu amal, yang masih disertai pujian selain Aku, maka amal itu semuanya baginya, dan Aku bebas dari amal tersebut. Dan Aku adalah Maha Kaya dari segala kemusyrikan.” Sabda Rasulullah S.A.W, “Riya’adalah syirik kecil.”

Isa as. berkata, “Apabila di antara kalian menepati waktu puasa, hendaknya kalian melumur rambut dengan minyak, begitupun janggut. Hendaknya pula membasahi bibirnya, agar orang-orang tidak melihatnya sebagai orang yang berpuasa. Jika ia memberi dengan tangan kanannya, hendaklah menyembunyikan dari tangan kirinya. Jika solat hendaknya menurunkan tirai pintunya. Sebab Allah memberi pujian seperti memberi rezeki. “

Dalam kaitan ini Umar r.a. berkata kepada orang yang menundukkan tengkuknya, “Hai orang yang punya tengkuk, angkatlah tengkukmu. Khusyu’ itu bukan di tengkuk. Khusyu’ itu di dalam hati.”

Rasul S.A.W bersabda, “Orang-orang riya’ kelak dipanggil pada hari Kiamat dengan empat nama panggilan, ‘Wahai orang riya’!; Wahai pendusta!; Wahai penyeleweng! dan, Wahai orang rugi!’ Pergi sana! Ambillah upah amalmu dari orang yang engkau beramal baginya. Kamu tidak
punya pahala di sisi Kami’.”

Qatadah r.a. berkata, “Apabila seorang hamba berbuat riya’, Allah langsung berfirman, ‘Lihatlah semua, bagaimana hamba itu menghinaKu’!”

Al-Hasan r.a. berkata, “Aku pernah berkawan dengan berbagai golongan, apabila salah seorang di antara mereka diperlihatkan suatu hikmah, jika diucapkan akan berguna bagi dirinya dan pengikut-pengikutnya. Tidak ada yang mencegahnya kecuali kemasyhuran.”

Hakikat Riya’

Riya’ adalah mencari kedudukan di hati manusia dengan cara melakukan ibadat dan amal-amal kebajikan. Dilihat dari segi bentuknya, maka riya’ dapat dibahagi menjadi enam kategori:

1.Riya’ melalui anggota badan, yaitu dengan cara menampakkan kurus kerempengnya badan, agar disangka orang kurang tidur (selalu bangun malam) dan banyak berpuasa, atau menampakkan rasa sedih dan hiba agar disangka sangat peduli terhadap urusan agama, menampakkan kusutnya rambut agar disangka betul-betul tenggelam dalam urusan agama, menampakkan keringnya bibir dan rendahnya suara agar disangka betul-betul aktif berpuasa dan tekun berjuang atau berhias secara berlebih-lebihan agar menampakkan kecantikan atau ketampanan tubuhnya dan lain-lain hal yang berkaitan.

2.Riya’ melalui gaya penampilan, yaitu dengan cara mencukur kumis, menundukkan kepala saat berjalan, sangat berhati-hati dalam setiap gerak-gerinya, sengaja membiarkan bekas sujud dalam solat, dan memejamkan mata saat berbicara agar orang menilai bahawa dirinya betul-betul memiliki kasyaf dan wawasan pengetahuannya dalam sesuatu ilmu.

3.Riya’ melalui pakaian, yaitu dengan mengenakan baju kasar yang menjulur ke betis, memakai baju compang-camping dan lusuh agar orang mengira bahwa dirinya tidak sedikit pun berpaling dari mengingat Allah, mengenakan serban dan membawa serta sejadah sebagaimana seorang abid ( ahli ibadah ), mengenakan baju takwa agar disangka orang alim, membuat penutup di atas serban dengan kain. Di antara mereka ada yang mencari tempat di hati orang-orang yang soleh. Kemudian memakai pakaian sopan,terlebih lagi jika memakai pakaian mahal dan menayangkan kepada manusia lain yang dirinya berduit dan berharta.

4.Riya’ melalui kata-kata, seperti riya’ seorang mubaligh dan pakar. yaitu, dengan cara berkata-kata indah yang memikat, berucap dengan lagak bijak, mengutip hadis, dan kata-kata ulama salaf dengan suara yang lembut dan menampakkan rasa sedih dan hiba, padahal dalam hatinya kosong dari nilai-nilai keikhlasan dan kejujuran. Mengaku ahli hadis atau berilmu di dalam sesuatu bidang ilmu dengan suka mencela pembicaraan orang lain bahawa itu benar dan tidak agar disangka dirinya ahli ilmu pengetahuan yang dibicarakan dan suka memuji diri atau apa-apa sahaja yang menjadi kepunyaan hak miliknya. Mendakwa dialah yang terbaik, apa-apa yang menjadi miliknya adalah yang terbagus di antara semua dan semuanya yang milik orang lain tidak bagus dan tiada kualitinya.Kadang-kadang la gerakkan kedua bibirnya agar dikira ahli zikir, amal ma’ruf di hadapan banyak orang, sementara hatinya sunyi dari usaha menjauhi maksiat dan suka akan kesenangan dunia. Begitu juga ketika la menampakkan amarah atas kemungkaran, merasa sedih atas kemaksiatan yang merajalela, padahal hatinya tidak demikian dan berpura-pura ( hipokrit ) adanya.

5.Riya’ melalui amal, seperti melambatkan berdiri dan memanjangkan bacaan solat, memperbagus cara ruku’ dan sujud, tidak menoleh kanan-kiri, banyak berbicara tentang amalnya kepada orang, banyak bersedekah dan bersolat sunat tetapi kalau boleh satu dunia hendak diberitahu akan sedekahnya atau amalnya itu, rajin berpuasa agar dikatakan ahli ibadah, berkali-kali menunaikan ibadat haji agar dipanggil orang dengan nama ' HAJI ', berjalan khusyu’, padahal Allah swt. Maha Mengetahui akan batinnya, kalau la dalam keadaan bersendirian tidak bergaya seperti itu semua. Bahkan jika tidak dilihat orang, la berjalan cepat dan meremehkan solat bahkan tiada dikerjakan solat itu melainkan berbohong semata-mata. Jika merasa ada yang melihat, la kembali tenang agar disangka khusyu’.

6.Riya’ kerana banyak muridnya dan menyebut banyak nama orang ternama agar disangka bahawa dia betul-betul banyak berteman dan mendampingi para orang kenamaan. Seperti orang yang senang bila dikunjungi oleh para penguasa dan ulama, agar dia disebut-sebut banyak berkatnya.Agar dia disebut masin mulutnya, jika berkata sesuatu maka benar-benar terjadi di hari kemudian atau jika dimarahi seseorang maka akan ditimpa malang hidup orang yang dimarahinya sedangkan itu semua adalah kebetulan dan termaktub di dalam qada’ dan qadar Allah s.w.t. yang mana tiada kena mengena dengan 'karomah' atau 'kelebihan' yang kononnya ada dengan pelaku riya' tersebut. Nauzubillahi min zalik..

Semua yang kami sebutkan di atas adalah jenis jenis riya’ dalam agama, bahkan tergolong ini melakukan dosa besar dan tentunya haram.Tetapi, bila menyangkut masalah duniawi dan tidak memperalatkan agama untuk mencapai maksudnya, maka bukanlah tergolong dalam riya’ yang dilarang, sepanjang tidak mengandungi unsur penipuan. Selagi tidak dilakukan secara takabur atau dengan cara-cara tercela yang lainnya. Semoga kita terhindar dari tergolong dalam golongan riya’ yang mana dalam sesetengah hadis mengatakan HARAM bau syurga bagi hamba Allah yang mempunyai sifat riya’ dalam hatinya. Sekadar peringatan untuk pihak kami sendiri dan untuk anda semua agar dijauhi dari sifat-sifat yang keji dan tercela seperti ini. Semoga bermanfaat untuk semua. Akhirul kalam semoga kita semua dirahmati Allah s.w.t dan tergolong dalam golongan hamba Allah yang diredhai oleh-Nya di dunia dan diakhirat. InsyaAllah. Sekian, terima kasih.

Ditulis oleh :

Syeikh Muhammad Solihen ibnu Syeikh Abdul Qadir Jailani